Tips Memperbanyak Pahala Di Bulan Ramadhan

Tips Memperbanyak Pahala Di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan dibandingkan bulan-bulan lainnya; di dalamnya al-Qur`an diturunkan, puasa yang merupakan salah satu rukun Islam juga diwajibkan pada bulan ini. Terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan juga ada dalam bulan ini. Dan di samping itu semua, segudang fadhilah lain pun menanti di bulan mubarak ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallohu alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan sabdanya:
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ, شَهْرٌ مُبَارَكٌ, كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ, فِيْهِ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةُ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ. فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ ُحُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ.
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang mubarak (diberkahi). Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan dibelenggu. Juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Nasa`i dan Ahmad serta dinyatakan shahih oleh Albani).
Secara umum, seluruh jenis kebaikan yang dianjurkan dalam syariat Islam hendaknya dioptimalkan kuantitas dan kualitasnya di bulan Ramadhan, namun ada beberapa amalan khusus yang sangat dianjurkan di bulan ini, diantaranya:

1. Puasa
Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan berpuasa di bulan Ramadhan sebagai salah satu rukun Islam. Firman Allah Azza wa Jalla (artinya):
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah:183).
Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam bersabda:

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةُ وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ الْحَرَامِ.

“Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji ke Baitul Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Di antara sekian banyak amalan yang dianjurkan di bulan suci Ramadhan, maka puasa adalah amalan yang terbaik karena hukumnya wajib. Allah Azza wa Jalla mencintai para hamba-Nya yang melakukan ibadah-ibadah yang wajib sebelum memperbanyak amalan-amalan yang disunnahkan. Dalam hadits qudsi Allah berfirman
﴿…وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ …﴾
“…tidaklah seorang hambaku bertaqarrub kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai melebihi apa yang aku wajibkan atasnya…” (HR. Bukhari).
Puasa di bulan Ramadhan merupakan penghapus dosa-dosa yang terdahulu apabila dilaksanakan dengan ikhlas berdasarkan iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah subahanahu wa ta’ala, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah subahanahu wa ta’ala, niscaya diampuni dosa-dosanya telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Inti dari puasa adalah mengekang hawa nafsu. Tidak melakukan apa yang Allah larang pada saat berpuasa walaupun mungkin mubah di luar bulan Ramadhan. Jadi puasa yang berpahala hanyalah yang mampu menghindarkan diri orang yang berpuasa dari hal-hal yang bisa merusak pahala puasa tersebut.
Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“(Hakikat) puasa bukanlah (sekadar) menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang sia-sia dan keji. Jika seseorang mengumpatmu atau berlaku jahil atasmu maka katakan, “Aku seorang yang berpuasa, aku seorang yang berpuasa” (HR. Ibnu Khuzaimah, Hakim dan Baihaqi serta dishahihkan oleh Albani)
Dalam hadits yang lain beliau mengingatkan,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Boleh jadi ada seorang yang berpuasa dan bagian yang didapatkannya hanyalah lapar dan haus serta boleh jadi seorang yang shalat malam akan tetapi bagian yang didapatkannya hanyalah begadang.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad serta dishohihkan oleh Albani).
Orang yang berpuasa seyogyanya menghindarkan dirinya dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia, apatah lagi jika mengandung dosa. Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya maka Allah tidak berkepentingan terhadap apa yang dilakukannya berupa meninggalkan makan dan minum” (HR. Bukhari).
Sejatinya, orang yang berpuasa meninggalkan hal-hal terlarang. Tapi justru kita melihat fenomena kebanyakan umat Islam masih banyak yang tenggelam dalam kemaksiatan atau paling tidak hal-hal yang sia-sia, seperti menghabiskan waktu untuk menikmati berbagai hiburan di TV atau radio, bermain kartu, catur dan semacamnya. Para remaja juga banyak asyik dengan balapan motor pada waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk tadarrus Al Quran. Semua itu sangat dikhawatirkan jadi penyebab amalan puasa mereka tidak menuai pahala di sisi Allah. Karena itu, agar seorang muslim tidak terjatuh dalam perbuatan yang sia-sia hendaknya menata waktu sebaik-baiknya dan mengagendakan program ibadah yang akan dilakukannya selama bulan suci ini. Camkanlah setiap detik yang Anda lalui dalam bulan suci Ramadhan sangat bernilai untuk kebahagiaan dunia dan akhirat anda.

2. Membaca al-Qur`an
Al-Qur`an adalah pegangan dan pedoman hidup seorang muslim, karena itu sangat dianjurkan untuk dibaca pada setiap waktu dan kesempatan.
Allah Tabaraka wa ta’la berfirman (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Quran) dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (QS. Fathir:29)
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:
اِقْرَؤُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا ِلأَصْحَابِهِ.

“Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang akrab dengannya” (HR. Muslim).
Membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan, karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an.
Firman Allah Azza wa Jalla:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS: al-Baqarah:185).
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam yang saban hari membaca Al Quran ketika datang bulan Ramadhan beliau makin memperbanyak, seperti diceritakan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau bertutur:
وَلاَ أَعْلَمُ نَبِيَّ الله ِقَرَأَ الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِى لَيْلَةٍ, وَلاَ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى يُصْبِحَ وَلاَ صَامَ شَهْرًا كَامِلاً غَيْرَ رَمَضَانَ.

“Saya tidak mengetahui Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pernah membaca keseluruhan al-Qur`an dalam waktu hanya semalam, shalat sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Nasai serta dishahihkan oleh Albani).
Dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma yang diriwayatkan Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam melakukan tadarus al-Qur`an bersama Jibril alaihis salam di setiap bulan Ramadhan.
Para Salaf Sholeh sangat memahami keutamaan memperbanyak membaca Al Quran di bulan Ramadhan. Imam Zuhri ketika ditanya tentang amalan yang dianjurkan di bulan Ramadhan beliau menjawab. “Bulan Ramadhan hanyalah untuk membaca Al Quran dan memberi makan fakir miskin”.
Jika Ramadhan telah masuk, Imam Sufyan Ats Tsauri meninggalkan ibadah-ibadah sunnah lain untuk konsentrasi membaca Al Quran.
Imam Malik pada saat masuk bulan Ramadhan beliau menghindari majelis ilmu untuk memfokuskan dirinya membaca Al Quran.
Al Aswad menamatkan Al Quran di bulan Ramadhan setiap dua malam begitu pula Nakha-i terutama pada 10 terakhir bulan Ramadhan.
Seorang tabi’in mulia yang bernama Qatadah bin Di’amah As Sadusi menamatkan Al Quran setiap 3 hari selama bulan Ramadhan dan pada sepuluh terakhir beliau tamatkan setiap malamnya.
Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah keduanya menamatkan Al Quran selama bulan Ramadhan sebanyak 60 kali dan itu dibacanya di luar shalat.
Lalu bagaimana dengan kita para pengaku pencinta dan pengikut Salaf? Seharusnya setiap kita menargetkan untuk mengkhatamkan Al Quran pada bulan Ramadhan minimal sekali.

Siapa yang tidak mampu mengkhatamkan di bulan ini berarti dia tidak akan mampu mengkhatamkannya di bulan selainnya.

3. Menghidupkan malam-malam bulan Ramadhan dengan melaksanakan shalat Tarawih berjamaah di mesjid
Shalat lail merupakan salah satu di antara shalat yang hukumnya sunnah muakkadah yang sangat ditekankan untuk dilaksanakan, dan dia merupakan shalat sunnah yang paling afdhal.
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda :

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Shalat yang paling afdhal sesudah shalat wajib adalah shalat lail” (HR. Muslim)
Karena itu shalat lail pada bulan Ramadhan yang dikenal dengan nama shalat Tarawih, lebih dianjurkan dan dikuatkan hukumnya dari bulan-bulan lainnya karena dikerjakan pada bulan yang paling afdhal.
Diantara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat tarawih adalah sabda Rasulullah shallallohu alaihi wasallam :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan / shalat Tarawih dengan dasar iman dan ikhlas (mengharapkan pahala), maka diampuni baginya dosa yang telah lampau”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak sebagaimana lazimnya shalat sunnah lain yang afdhalnya ditunaikan di rumah adapun shalat tarawih maka dia dianjurkan dilakukan secara berjamaah di mesjid-mesjid kaum muslimin. Hal ini berdasarkan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam dan dihidupkan lagi oleh khalifah Umar bin Khaththab radhiyallohu anhu serta terus dilestarikan oleh kaum muslimin di seluruh dunia hingga hari ini.
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah menyebutkan keutamaan shalat tarawih secara berjamaah dalam hadits yang diceritakan oleh Abu Dzar radhiyallohu anhu,

إِنَّـهُ مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتِّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَـهُ قِيَامَ لَيْلَةٍ …

“Sesungguhnya barang siapa yang shalat (tarawih) bersama imam hingga selesai maka dicatat baginya (seperti) dia shalat (tarawih) sepanjang malam”. (HR. Ashhabus Sunnan dan dishohihkan oleh Albani)
Imam Abu Dawud rahimahulloh menuturkan : “Saya pernah mendengar Imam Ahmad ditanya : “Yang mana lebih engkau sukai seseorang shalat Tarawih di bulan Ramadhan berjamaah atau sendirian ?, Beliau menjawab : “Shalat berjamaah”. Dan beliau (Imam Ahmad) pernah berkata : “Saya menyukai seseorang shalat bersama imam dan ikut witir bersamanya karena Nabi shallallohu alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya seseorang jika shalat bersama imam hingga selesai maka Allah mencatat baginya (pahala) shalat sepanjang malam”.
Kemudian Imam Abu Dawud rahimahulloh berkata : “Imam Ahmad pernah ditanya (lagi) sedang saya mendengar : “Apakah (lebih afdhal) mengakhirkan shalat Tarawih hingga akhir malam ?”, beliau menjawab : “Tidak, kebiasaan kaum muslimin lebih saya sukai”.
Berkata Asy Syaikh Al Albani rahimahulloh ketika menjelaskan perkataan Imam Ahmad yang terakhir ini : “Yakni beliau lebih menyukai shalat Tarawih secara berjamaah di awal waktu dari pada shalat sendirian, walaupun shalat yang dilaksanakan di akhir malam mempunyai keutamaan khusus, namun berjamaah lebih afdhal karena Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah melaksanakannya dan menghidupkannya bersama kaum muslimin di masjid. Oleh karena itu hal ini (shalat Tarawih berjamaah) terus dilakukan oleh kaum muslimin sejak zaman Umar radhiyallohu anhu hingga saat ini”.
Fenomena yang ada di tengah masyarakat kita antusias untuk mengerjakan shalat tarawih cukup besar akan tetapi hal yang perlu diingatkan kepada setiap muslim yang merindukan pahala dari shalatnya agar melaksanakan shalat tarawih ini dengan penuh khusyu’ dan thuma’ninah karena boleh jadi seseorang mengerjakan shalat tapi tidak mendapatkan pahala shalatnya bahkan boleh jadi di sisi Allah dia tidak dianggap shalat. Karena itu sebaiknya kita memilih mesjid yang imamnya melaksanakan shalat dengan thuma’ninah agar ruh dari sholat bisa kita raih dan keberkahan tarawih di bulan suci ini bisa kita rasakan.

4. Menghidupkan Malam Lailatul Qadar:
Lailatul qadar dalam bahasa Arab bermakna malam kemuliaan Firman Allah Azza wa Jalla:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS.al-Qadar :3)
Seribu bulan itu sama dengan 83 tahun 4 bulan, hal itu berarti seorang yang mendapatkannya lalu beribadah padanya seakan-akan umurnya telah bertambah sebanyak 83 tahun 4 bulan yang kesemuanya diisi dengan ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan kapan sebenarnya lailatul qadar dan dari sekian banyak pendapat yang ada maka pendapat yang terkuat bahwa ia terjadi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23,25,27, dan 29.
Malam itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدَرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Dan barangsiapa yang beribadah pada malam ‘Lailatul qadar’ semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menghidupkan Lailatul qadar adalah dengan memperbanyak ibadah-badah berupa shalat malam, membaca al-Qur`an, zikir, membaca shalawat dan berdoa. Aisyah radhiyallohu anha ketika menggambarkan mujahadah Rasulullah shallallohu alaihi wasallam di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, beliau mengatakan,
“Jika sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan telah masuk maka beliau mengencangkan kain sarungnya (tidak menggauli lagi istri-istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan anggota keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang mendapatkan karunia bertemu dengan lailatul qadar dianjurkan membaca doa ini :

اَللّهُمًَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah serta dishahihkan oleh Albani)

5. I’tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan:

I’tikaf dalam bahasa Arab berarti berdiam diri atau menahan diri pada suatu tempat, untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Sedang dalam istilah syar’i, i’tikaf berarti berdiam di masjid untuk beribadah kepada Allah dengan sifat dan cara tertentu sesuai yang telah diatur oleh syari’at.
I’tikaf merupakan salah satu sunnah yang telah ditinggalkan oleh kebanyakan ummat Islam padahal ibadah ini tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam walaupun sekali hingga wafat beliau, seperti yang diceritakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:

“Sesungguhnya Nabi shallallohu alaihi wasallam selalu i’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sesudah beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tabi’in yang mulia Al Imam Ibnu Syihab Az Zuhri berkata, “Sangat mengherankan keadaan kaum muslimin, mereka telah meninggalkan i’tikaf padahal Nabi  tidak pernah meninggalkannya sejak masuk ke kota Medinah hingga wafatnya”
Diantara keutamaan ibadah I’tikaf, dia merupakan wasilah (cara) yang digunakan oleh Nabi shallallohu alaihi wasallam untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar sebagaimana dituturkan oleh Abu Said Al Khudri radhiyallohu anhu,

“Nabi shallallohu alaihi wasallam telah beri’tikaf di sepuluh awal bulan Ramadhan, kemudian beliau beri’tikaf di sepuluh pertengahan, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya saya telah beri’tikaf sepuluh awal (bulan Ramadhan) (untuk) mencari malam Lailatul Qadar kemudian saya beri’tikaf di sepuluh pertengahan (Ramadhan) kemudian saya didatangi (malaikat) lalu dikatakan kepadaku: Sesungguhnya malam Lailatul Qadr itu di sepuluh akhir (bulan Ramadhan), karenanya siapa di antara kalian yang mau beri’tikaf, maka hendaknya dia beri’tikaf! Maka beri’tikaflah manusia (para sahabat) beserta beliau …” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka bagi kita yang merindukan malam seribu bulan mari mendekat ke rumah-rumah Allah di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tuntaskan segala kesibukan dan urusan duniawi anda sebelum malam-malam mulia tersebut karena uswah hasanah kita telah mencontohkan dengan pelbagai kesibukan yang beliau miliki namun dalam setiap tahunnya beliau ‘cuti’ selama sepuluh hari untuk konsentrasi bertaqarrub dan bermunajat kepada Rabbnya. Seharusnya paling tidak setiap kita pernah merasakan bagaimana keindahan i’tikaf walaupun hanya sekali dari umur yang Allah berikan kepadanya.

6. Memperbanyak sedekah:
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau makin bertambah di bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, beliau berkata:
“Rasulullah  adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat Jibril alaihis salam menemui beliau, … (HR. Bukhari).
Diantara bentuk sedekah yang dianjurkan pada bulan suci ini adalah memberikan buka puasa terutama bagi fakir miskin
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang memberikan buka puasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa harus mengurangi pahala orang berpuasa itu sedikit pun” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah serta dishahihkan oleh Albani)
Apakah anda menginginkan puasa Ramadhan anda tahun ini nilainya dua kali lipat? Apakah anda mengharapkan pahala dua Ramadhan dalam satu Ramadhan yang anda jalani? Perhatikan hadits di atas ternyata kita berpeluang untuk mewujudkan keinginan kita itu dengan cara memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa. Dikisahkan bahwa sahabat yang mulia Abdullah bin Umar radhiyallohu anhuma jika berpuasa beliau senantisa berbuka bersama orang-orang miskin

7. Melaksanakan ibadah umrah:

Umroh sering diistilahkan dengan haji kecil, jika saja umroh yang dilakukan berulang kali akan melebur dosa yang dilakukan diantara kedua umroh maka umroh yang dikerjakan di bulan Ramadhan pahalanya dinilai sama dengan berhaji. Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,

فَعُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي

“Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka bagi anda yang memiliki kemampuan mari meraih pahala haji bersama Rasulullah shallallohu alaihi wasallam dengan cara berumroh di bulan Ramadhan. Namun perlu dicermati bahwa beliau tidak membatasi pelaksanaannya pada sepuluh hari terakhir bulan tersebut, walaupun tentu saja hal itu lebih afdhal akan tetapi melihat kondisi Mekkah yang penuh sesak di akhir Ramadhan maka untuk menghindari mudharat jangan kita memaksakan untuk melakukannya di waktu tersebut, Wallohu A’lam
Demikianlah beberapa ibadah penting yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan dan telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mendapat taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengamalkannya agar kita benar-benar mendapatkan kebaikan dan keberkahan bulan Ramadhan.

Keutamaan Bulan Ramadhan

Keutamaan Bulan Ramadhan

Umat Islam selayaknya memahami keutamaan atau fadhilah dari setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan. Menurut para ulama pemahaman terhadap keutamaan dalam melaksanakan setiap amal shaleh akan menjadi penyemengat sekaligus akan mendorong kepada peningkatan ketaqwaan seseorang.

Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan, dikarenakan bulan ini memiliki beberapa keutamaan atau manfaat seperti berikut ini:
Ramadhan Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman yang artinya : “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

Di ayat lain Allah Swt berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulanAl-Quran).
Bulan Penuh Keberkahan
Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah berdasarkan pada dalil hadist Nabi Rasulullah SAW yang artinya :”Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan dan disunnah untuk berinfaq dan bersedekah di bulan ramadhan kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.

 

Malam Lailatul Qodar
Kemuliaan bulan ramadhan salah satunya adalah dengan hadirnya malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan ramadhan yaitu malam lailatul qodar. Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan adalah saat diturunkannyaAlQur’anul Karim.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya :”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS.AlQadr:1-3).
Bulan Ramadhan Bulan Pengampunan Dosa Maghfirah
Allah Ta’ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda yang artinya: ”Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim).

Melalui berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Saw yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(HR.Bukhari dan Muslim).

Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajud) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya : “Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR.BukharidanMuslim).
Ramadhan Pintu Surga Dibuka Pintu Neraka Ditutup
Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadhan adalah bahwa pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Ta’ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan.

Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih. Semoga ramadhan tahun ini akan lebih baik dalam hal amalan ibadah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Tips Kuat Puasa Di Bulan Ramadhan

Tips Kuat Puasa Di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan sudah tiba dan kini Saatnya umat Muslim di dunia untuk melakukan ibadah berpuasa, Selain itu dengan melakukan puasa kita bisa meningkatkan keimanan kita, menahan lapar dan haus selama kurang lebih 12 jam ketika berpuasa juga memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan lho jika dilakukan dengan cara yang sehat. Gimana sih caranya supaya ibadah puasa bikin kita semakin sehat juga? Ini dia 7 tips sehat untuk menjalankan ibadah puasa yang bisa kamu praktikkan.

Tips Sehat Saat Puasa

1. Jangan Makan Berlebihan

Biasanya setelah kita melakukan puasa seharian, tidak jarang kita sering berbuka dengan makan yang banyak – baik makanan berat maupun makanan ringan bukan Padahal, makan yang berlebihan saat berbuka puasa bisa membuat perut kita terasa penuh dan bahkan malah bikin kita sakit lho. Menurut dr. Magdi Mohamed dari RS Burjeel Abu Dhabi, makan secara berlebihan saat kita berbuka puasa bisa bikin perut kram, dan bahkan bisa bikin kita diare dan terkena gangguan gastroentritis lho. Ini karena perut kita dipaksa langsung bekerja keras setelah beristirahat seharian.

Jadi, supaya tidak sakit perut, sebaiknya kita berbuka puasa dengan makanan ringan dan air dulu, lalu dilanjutkan makan dengan porsi seperti biasa kita makan malam. Kita juga sebaiknya menghindari makanan pedas dan asam ya saat berbuka tentunya.

2.  Hindari Makanan Terlalu Manis

Biasanya saat berbuka kita selalu ingin makan atau minum yang manis bukan saat berbuka puasa, namun harusnya pada saat puasa kita sebaiknya membatasi konsumsi makanan manis favorit kita ya. Ini karena ketika puasa, nggak jarang gula darah kita naik menjadi lebih tinggi dari biasanya. Ketika kita makan makanan manis terlalu banyak saat puasa, gula darah kita bisa naik menjadi terlalu tinggi lho dan malah berdampak buruk pada kesehatan kita.

Selain itu, terlalu banyak makanan manis saat puasa juga bisa bikin tubuh kita lemas di siang hari lho. Ini karena gula hanya memberikan kita energi yang banyak dalam waktu sedikit aja dan setelah itu, kita akan merasa lemas, pusing, ngantuk, bahkan bisa mempengaruhi mood sehingga cepat marah. Nggak mau kan puasa kita batal karena marah-marah terus? Jadi, hati-hati dengan makanan manis ya saat puasa.

3. Konsumsi Air Putih Diperbanyak

Ketika puasa saat cuaca sedang panas, tantangan terbesar kita adalah untuk menahan rasa haus, Kalau kita menahan haus dengan cara yang salah, tubuh kita bisa mengalami dehidrasi loh, lalu bisa juga terkena kulit kering, bahkan jika parah bisa bikin kita mengalami gangguan ginjal tentunya. Nah, supaya ibadah puasa kita nggak terhalang sakit karena dehidrasi, ada rumus yang bisa kita gunakan untuk mengatur frekuensi dan jumlah air yang kita minum supaya puasa kita tetap sehat lho.

Dilansir dari Halodoc.com, saat puasa kita bisa menggunakan aturan 2-2-4 untuk minum: 2 gelas air saat sahur, 2 gelas air saat berbuka, dan 4 gelas air di malam hari. Selama puasa, hindari juga minuman manis atau mengandung kafein seperti teh dan kopi, terutama saat sahur. Minuman yang mengandung kafein, terutama jika diminum saat sahur justru bikin tubuh kita merasa haus seharian lho.

4. Makan Seimbang Antara Sayur Dan Daging

Saat sahur maupun berbuka, daripada makan makanan yang digoreng atau junk food, sebaiknya kita memilih makan buah-buahan dan sayur-sayuran yang banyak ya. Ini karena buah dan sayur umumnya mengandung serat yang tinggi dan bisa bikin kita merasa kenyang dengan kalori yang lebih sedikit. Selain itu, buah dan sayur juga mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh kita untuk menjaga daya tahan tubuh dan mencegah penyakit sehingga bikin kita lebih sehat selama bulan puasa.

Nah, supaya nggak sakit perut karena pencernaan kita kaget dengan buah dan sayur, terutama ketika berbuka puasa, ada beberapa jenis tips memilih buah dan sayur untuk dikonsumsi saat puasa nih.

Menurut Livestrong.com, buah-buahan yang bersifat citrus seperti jeruk, lemon, atau jeruk limau sebaiknya kita hindari dulu selama puasa karena bikin perut kita kaget dengan tingkat keasamannya. Sebaliknya, pilih buah-buahan yang mengandung banyak air seperti semangka, apel, pir, dan anggur. Untuk sayur, sebaiknya kita mengkonsumsi sayuran organik saat berbuka ya, terutama jika diolah menjadi jus atau salad supaya nutrisinya nggak hilang.

Lalu untuk menyeimbangi hal tersebut tentunya lauk seperti Daging ataupun Ayam juga bisa ditambahkan untuk memperlengkap konsumsi kita agar tubuh menjadi lebih sehat, namun lebih pentingnya sebaiknya jangan dimasak untuk digoreng atau terlalu berminya lebih baik dimasak berkuah seperti Sup ataupun dicampur dengan sayur lainnya.

 

marhaban ya ramadhan 2019

marhaban ya ramadhan 2019
Marhaban ya Ramadhan

Setitik tinta jadi noda, Setitik salah jadi dosa, Bulan penuh berkah segera tiba. Mari tekun ibadah di bulan puasa.

Esok adalah harapan, Sekarang adalah pengalaman, Kemarin adalah kenangan, yang tak luput dari kekhilafan. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan tahun lalu. Aamiin

Sedikit tinta jadi noda, Sedikit salah jadi dosa, Bulan penuh berkah seger tiba, Mari tekun ibadah di bulan puasa. Sambutlah dengan senyuman dan ketaqwaan.
Selamat menunaikan ibadah puasa kawan.

Marhaban ya Ramadhan, Maafkan jika ada salah-salah kata pada yang lalu, Semoga kita bisa meraih kenangan bersama.

Pucuk selasih bertunas menjulang.

Dahannya patah tolong betulkan, Puasa ramadhan kembali menjelang, Salah dan khilaf mohon dimaafkan.